2/23/2008

Proses Pembunyian Bahasa

Dalam buku UNIVERSELE FONOLOGIE ”een inleiding in de klanker” yang ditulis oleh Anneke Neijt menjelaskan bagaimana bentuk bunyi ujaran dengan segala sistem bahasa hingga bunyi ujaran tersebut dapat didengar melalui indra pendengaran. Oleh pengarang menjelaskan semua bentuk bunyi ujaran dalam pembahasan Fonetik dan Fonologi. Baik Fonetik dan Fonologi yang berkenaan dengan satuan terkecil bahasa, yaitu bahasa. Dalam pembahasan Fonetik menjelaskan proses pembunyian, realisasi dan penangkapannya melalui indra pendengaran. Sedangkan Fonologi itu sendiri berkenaan dengan fungsi bunyi bahasa itu sebagai satuan bahasa yang memilki fungsi pembeda atau Distingtif.

Namun kembali pada tujuan fungsi studi linguistik, Fonetik dan Fonologi tampaknya tidak mungkin dapat dipisahkan secara tegas. Dalam penelitian, analisis fonetik memerlukan fonologi dan sebaliknya fonologi pun memerlukan fonetik. Karena dalam bentuk sistem bahasa yang terdapat dalam bunyi ujaran merupakan suatu kesatuan pembahasan yang saling melengkapi.

Untuk mengetahui bentuk bunyi ujaran yang diucapkan dapat diterima melalui indra pendengaran, diperlukan yang namanya Aanschouwelijk kant dan Onaanschouwelijk kant. Aanschouwelijk kant di sini diartikan sebagai penyampaian segala sesuatu apa yang didengar dan ketika tulisan itu dapat dilihat dalam bentuk bahasa. Sedangkan Onaanschouwelijk kant sebagai bentuk kerja dari sistem bahasa. Dalam hal ini, kita memerlukan tahapan-tahapan untuk proses penyampaian bunyi ujaran sampai pada indra pendengaran. Terkadang bagi penutur dan pendengar untuk mengerti bunyi ujaran yang disampaikan oleh penutur harus sadar dengan apa yang diucapakan dan didengar. Namun penutur dan pendengar biasanya secara tidak sadar dengan apa yang mereka ucapkan dan dengar itu sampai pada tujuan dari penyampaian bunyi ujaran tersebut.

Ucapan dan tilisan adalah metode-metode yang paling terpenting dalam penyampaian bahasa. Dengan bahasa yang kita kenal, kita dapat mengetahui kata-kata yang dikenal dalam arus bunyi-bunyi ujaran. Dari kata-kata tersebut kita dapat mengelompokkan dalam kalimat, dan pada akhirnya kita mengenal interpretasi dari kata-kata tersebut. Seperti contoh dari kata Gestel yang seharusnya dibaca dengan penekanan géstel, namun setiap orang membacanya dengan penekanan gestèl. Seperti halnya yang terdapat dalam kalimat hij zette de pot in het nachkasje, namun setiap orang lebih mengerti jika kata itu nachtkasje. Hal yang sama dapat terjadi dalam bahasa isyarat, yang mempunyai hubungan penyampaian pemaknaan dalam bahasa. Seperti contoh eet de slang de rat? Ini berbeda makna dengan eet de rat de slang? Hal itu dapat terlihat dalam bahasa isyarat dengan cara pengucapan yang berbeda.

Proses penyampaian bunyi ujaran yang diucapkan oleh penutur hingga dapat diterima melalui oleh indra pendengaran disebut De Spraakketen atau Rantai Bicara. Dalam rantai bicara akan dijelaskan bagaimana bunyi ujaran yang disampaikan itu sampai melalui indra pendengaran.

Untuk penutur proses awal yaitu konsep atau ide yang dalam otak yang akan disampaikan. Dalam hal ini disebut tingkat cognitief. Setelah tingkatan ini selanjutnya akan disampaikan dalam bentuk data-data bahasa yang disebut tingkat linguistische. Dari tingkatan ini data bahasa tersebut disampaikan kepada organ bicara yaitu mulut dengan isyarat tanda-tanda atau yang disebut tingkat fysiologische. Dan dari organ bicara inilah membawa dan memberikan suara sebagai bunyi ujaran yang disampaikan atau tingkat akoestische.

Sedangkan bagi pendengar, dari tingkat akoestische yang secara fisik merambat di udara diterima oleh indra pendengaran. Setelah itu diteruskan sampai otak pendengar dengan melalui tingkatan fysiologische dari indra pendengaran. Bunyi ujaran yang dibawa oleh otak, data-data bahasa diolah dan dikenali dalam tingkatan linguistische. Penyampaian bunyi ujaran tersebut dapat dipahami sesuai makna yang dimaksudkan dalam tingkat cognitief.

Dalam fonetik terdapat tiga pembagian, yaitu articulatorische fonetik yang di mana berkaitan dengan fungsi organ pengucapan. Akoestiche fonotiek yang memproduksi dari bunyi-bunyi ujaran dari organ pengucapan. Dan auditief fonetik merupakan pembelajaran mengenai bunyi-bunyi ujaran. Dari auditief fonotiek, dapat diteliti mengenai persepsi dari bunyi-bunyi ujaran tersebut. Para peneliti fonetik dapat meneliti dari perbedaan suara-suaru dari pria dan wanita. Untuk mengenali bunyi-bunyi ujaran dapat menggunakan metode identifikasi dari suara yang dikeluarkan oleh wanita dan pria.

Sedangkan fonologi mempelajari bunyi-bunyi ujaran terutama yang terdapat dalam sistem bahasa. Fonologi dapat dipelajari dengan mempelajari fonem dari bunyi-bunyi ujaran. Seperti contoh lat dan rat dalam bahasa Belanda kita dapat mengetahui adanya perbedaan bunyi dalam pengucapan.
Pergeseran bunyi
Bunyi ujaran yang kita ucapkan dan kita dengar sebenarnya sangat banyak dan bermacam-macam. Pada umumnya kita dapat membedakan bunyi ujaran pria dan bunyi ujaran wanita, bunyi ujaran orang dewasa dengan anak-anak, bahkan kita sering dapat mengetahui siapa yang berbicara hanya dengan mendengar suaranya. Semua itu memperlihatkan bahwa bunyi ujaran yang yang diucapkan para penutur bahasa berbeda-beda.

Orang awam hanya pada umunya tidak mendengar pergeseran-pergeseran kecil dalam pengucapan bunyi ujarannya sendiri. Ia dibiasakan hanya memperlihatkan perbedaan bunyi fungsional, yang dalam bahasanya penting untuk membedakan makna.

Secara tidak sadar para penutur asli setiap bahasa mengelompokkan berbagai bunyi ujaran mereka ucapkan ke dalam sejumlah satuan bunyi fungsional terkecil yang disebut fonem. Dengan demikian, fonem merupakan satuan hasil penyarian atau abstraksi dari bunyi-bunyi ujaran yang diucapkan oleh penutur tersebut. Kita dapat mengatakan bahwa bunyi-bunyi ujaran adalah realisasi atau wujud lahiriah fonem.

Jenis fonem yang terdiri vokal dan konsonan dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus bunyi ujaran. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah dipekenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental.

Segemen-segmen bunyi ujaran dapat dikombinasikan hingga membentuk kata-kata baru dengan pemaknaan yang berbeda secara langsung. Seperti segmen-segmen yang terdapat tal, tapi dapat kita kombinasikan menjadi lat. Dari kombinasi bunyi-bunyi ujaran yang membuat pemaknaan baru tersebut dapat dikatakan morfem. Seperti yang terdapat dalam kata-kata vrede, stoel, boek dengan bentuk kesatuan pemaknaan yang berbeda. Atau yang terdapat dalam kata-kata vrijheid dan vriendschap terdapat dua morfem yaitu vrij, -heid dan vriend, -schap.
Fonem dan alofon
Bunyi-bunyi yang merupakan wujud lahiriah suatu fonem disebut alofon-alofon, anggota fonem, atau varian fonem tersebut. Alofon-alofon suatu fonem dapat juga mencirikan hubungan yang disebut bervariasi bebas. Alofon-alofon demikian dapat dipertukarkan di tempat yang sama. Contoh /o/ dalam kata woorden dan /o/ dalam kata worden. Dari variasi bebas ini menibulkan pemaknaan yang berbeda pula.
Pasangan minimal
Untuk memperlihatkan atau membuktikan bahwa dua bunyi tertentu, terutama yang kemiripan fonetis, merupakan dua fonem yang berbeda – dengan kata lain perbedaan di antara keduanya bersifat fungsional – dapat dipakai cara memperbandingkan contoh-contoh ujaran dengan perbedaan minimal bunyi. Dua ujaran yang berbeda maknanya dan berbeda minimal dalam bunyinya seperti itu disebut pasangan minimal. Seperti yang terdapat dalam perbedaan /r/ dan /l/ pada kata loro dalam bahasa Jawa. Dan lat dan rat dalam bahasa Belanda terdapat perbedaan bunyi ujaran.
Fonologi dan bagian-bagian dari gramatika
Gramatika dapat membedakan dari penggunaan kata, dalam hal struktur kata yang dapat membedakan makna. Penggunaan fonologi dalam pembagian gramatika berhubungan dengan morfologi (mempelajari perubahan kata), sintaksis (mempelajari mengenai kalimat), semantik (mempelajari makna).

Variasi dari kata-kata dinamakan assimilasi. Seperti yang terdapat bunyi m pada kata aanpakken, namun dalam pengucapan dan yang kita dengar n berubah menjadi m yaitu aampakken. Dan variasi aan menjadi aam ini dinamakan allomorf. Sedangkan allomorf aal dan aar pada ideaal, labiaal, velaar dinamakan dissimilatie. Semua itu dijelaskan dalam fonologi hingga bagian lain dari gramatika.

23 Februari 2008, Ditulis oleh : M. Farid M.

No comments: